WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL
Tampilkan postingan dengan label souvenir kasongan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label souvenir kasongan. Tampilkan semua postingan

Kerajinan keramik kasongan bangun jiwo

Bangunjiwo adalah sebuah desa yang terletak di bagian selatan kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa ini berjarak dari kota Yogyakarta Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Patung keramik itu memang lucu, postur tubuh bulat pendek ditambah perut buncit, sangatlah pantas jika dijadikan pajangan rumah untuk menambah kesan santai. Watch Kasongan online for free on Pakistan Videos where you can search and watch thousands of videos online. In addition to Kasongan, you can also most popular videos on

Sumber :

Industri Gerabah Kasongan dari Kebutuhan Sendiri Merambah Pasar Dunia

Awalnya warga Desa Kasongan membuat keramik untuk kebutuhan sendiri. Kini hasil keterampilan mereka telah merambah ke pasar mancanegara, padahal hanya tersebar dari mulut ke mulut. Tantangan terbesar dalam otonomi daerah, adalah bagaimana mengembangkan potensi daerah sebagai pondasi utama pembangunan.

Kabupaten Bantul sedikit beruntung karena memiliki banyak pusat industri kerajinan di wilayahnya. Sebut saja Piyungan, Kasongan, dan Kecamatan Pundong yang terkenal dengan industri kerajinan gerabah dan keramik. Ada Manding sebagai pusat produksi wayang kulit, Pajangan sebagai sentra kerajinan patung kayu ala Asmat. Juga Kecamatan Sewon dan Pandak, yang dalam beberapa tahun terakhir tumbuh menjadi kawasan industri mebel untuk ekspor.

Industri-industri kecil ini mampu bertahan saat melorotnya nilai rupiah, justru ketika ekonomi makro Indonesia rapuh. Lebih-lebih di Desa Kasongan. Desa pengrajin, yang terletak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini, malah sudah dikenal sampai di mancanegara dengan produk kerajinan keramik dan gerabahnya.

Perkembangan industri kerajinan gerabah dan keramik di desa ini berawal dari usaha warga untuk memenuhi kebutuhan alat-alat rumah tangga, seperti kuali, anglo dan pengaron untuk memasak, serta pot bunga, juga genteng untuk atap rumah. Dalam kurun waktu tahunan aktivitas rumah tangga di Kasongan dikembangkan oleh warga dengan memproduksi kerajinan yang bisa dijual.

Akhirnya warga menghasilkan kreasi hiasan berupa ukir tempel dengan motif dan corak yang khas, yang sekarang dikenal sebagai hasil khas kerajinan gerabah “Kasongan”. Kini produk kerajinan di Kasongan didominasi keramik untuk pajangan atau hiasan rumah, seperti guci, vas bunga, patung mini, asbak, dan pigura foto.

Selain itu banyak juga keramik berukuran kecil yang banyak digunakan oleh penyelenggara hajat resepsi pernikahan sebagai kenang-kenangan bagi para tamu. Ada guci kecil, sepatu keramik seukuran ibu jari tangan, miniatur beragam binatang, dan lain-lain.

Menurut para pemilik galeri keramik di Kasongan, permintaan luar negeri terhadap produk hiasan rumah seperti guci, vas bunga, patung mini, dudukan telepon, tidak pernah surut. Hal ini membuat warga Kasongan tetap optimis menekuni usaha.

Dalam dua tahun terakhir ada ke-cenderungan yang menguntungkan, yaitu meluasnya minat konsumen luar negeri terhadap keramik jenis mebel, semisal meja dan kursi. Sebut saja Suparman yang setiap bulan melayani pesanan 30 hingga 40 set untuk ekspor. “Dalam keadaan setengahjadi harganya 50 hingga 70 ribu. Kalau sudah dibakar, dicat, dan dipoles harganya bisa sampai empat kali,” kata Suparman.

Wisata Industri
Menurut seorang pemilik galeri keramik di Kasongan, Bedjo Adi Utomo, kegiatan industri kerajinan di desanya sudah merupakan sub-sistem dari sistem kehidupan masyarakat Kasongan secarakeseluruhan. “Kebanyakan penduduk Kasongan adalah pengrajin keramik. Yang punya modal, membuat kios sendiri, yang tidak punya modal menjadi gerabah pemasok kios-kios,” tutur pemilik Galeri “Pak Bedjo” ini.

Aktivitas pembuatan gerabah di rumah-rumah warga punya daya tarik lain. Selain bisa mclihat-lihat dan membeli keramik, wisatawan yang datangjuga hisa melihat proses pembuatan gerabah yang dilakukan di rumah-rumah warga. Bila penasaran bisa ikut mcrnegang tanah liat untuk mencoba membuat gerabah. Ini bisa dilakukan tanpaperlu melewali satpam sebagaimana terjadi 6i pabrik-pabrik industri besar.

Selama ini, keramik Kasongan lebih diarahkan ke pasar ekspor. Dihitung secara kasar, perbandingan permintaan luar ncgcri dan dalam ncgeri adalah 75:25. Hal ini diakui Kasiran Djojo Prowiro, Dircklur Nogokukilo Keramik. “Sebagian besar dari produk Nogokukilo diekspor ke luarncgri, terutamaJepang, Italiadan Inggris. Pcrminlaan dalam ncgeri berasal dari Jakarta, Bali, dan Surabaya,” ujarnya menjelaskan.

Dengan sistem pedagangan seperti itu, pengusaha keramik Kasongan berhasil menaikkan omzet sckitar Rp. 30-60 juta setahun. Padahal, tanah liat sebagai bahan utamanya cuma seharga Rp. 60.000 per satu truk mini. Meski demikian, beberapa bahan lain seperti cat, amplas, rata-rata meningkat 100%. Tapi toh, modal untuk membuat keramik tidak terlalu mahal dibanding hargajualnya.

Tanah liat untuk bahan dasar pembuatan keramik Kasongan didapat di sepanjang tepian Sungai Bedog, yang mengapit desa Kasongan di sebelah timur dan selatan. Tanah itu tanah wedi kengser yang tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian, tetapi sangat vital untuk pembuatan gerabah. Selain itu, pengusaha keramik Kasongan juga “mengimpor” bahan dari Pundong, daerah kerajinan, masih di Bantul.

Upaya Pengembangan
Penduduk desa Kasongan menyadari bahwa potensi yang dimiliki desa Kasongan bisa berkembang lebih baik dari sekarang. Hal ini setidaknya diungkapkan olch Bcdjo. Pcmilik Galeri yang punya pelanggan tetap dari Belanda dan Australia ini mengakui bahwa hubungan dengan pengusaha di luar negeri masih bisa diperluas. “Upaya ini sedang dan tetap akan kita lakukan,” katanya.

Tapi upaya memperluas jaringan dengan pengusaha di luar ncgeri ini masih menghadapi kendala yang tidak kecil. Paling tidak, hingga kini belum ada cara penyampaian informasi yang bisa memudahkan pcminat dari luar negeri tahu tentang produk-produk keramik Kasongan.

Selama ini pengusaha keramik berusaha sendiri-sendiri. Mereka mengekspor sendiri hasil kerajinan masing-masing melalui jasa kargo. Ada persaingan antar pengusaha keramik, tapi setiap setiap pengusaha sudah mempunyai pelanggan dari luar negeri. “Biasanya mereka percaya pada satu galeri saja,” katanya.
Bedjo sendiri mengaku mendapatkan pelanggan luar negeri karena mereka sendiri datang langsung ke Kasongan. Mereka langsung datang dari Belanda dan Inggris ke galerinya dan melihat langsung barangnya. “Kebanyakan memang begitu,” cerita Bedjo.

Dengan jalan sendiri-sendiri pola penyampaian informasi yang digunakan para perajin dan usahawan kera-mik Dcsa Kasongan terbilang masih primitif, yaitu sistem getok tular, alias dari mulut ke mulut. “Kebanyakan perajin maupun pcmilik galeri menyadari Icknik lisan jarang bcrhasil, tapi sampai kini ya… inasih apa adanya begitu,” katanya.

Dari pemantauan Kombinasi, sejauh ini, hanya Galeri Keramik Nogo Kukilo yang sudah mempunyai media informasi canggih berupa website dengan alamat www.nogo-kukilo.com. Galeri keramik milik keluarga Kasiran Djojo Prawiro ini secara rutin menampilkan katalog contoh-contoh produknya dalam file elektrik yang bisa diakses dari manapun melalui internet.

Upaya membuat lembaga bersama untuk kemudian berusaha saling menguatkan dan mempromosikan produk secara bersama-sama hingga kini bclum ada. Yang tcrjadi para pemilik galeri berjalan sendiri-sendiri. Kalaupun ada bentuk kcrja sama, menurul Bedjo, antara pcmilik galeri dengan para perajin di bengkel-bengkel rumahan, dalam hubungan antara pemasok dengan pemasar, dan adajuga yang polanya subkontrak.

Tidak adanya upaya bersama antar para pelaku produksi dan pemasaran kerajinan keramik di Kasongan ini, diduga oleh Bedjo, mungkin karena selama ini sudah hisajalan. Melakukan promosi lisan dari mulut kc mulut sudah jalan. “Bahkan wisatawan dari Iriggris, Kanada, Jepang, Australia, Belanda, dan lain-lain selalu datang ke sini,” katanya. (redaksl)


Sumber :


Wisata Belanja Keramik - Kasongan

Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, (~ S 7.846567° - E 110.344468°) sekitar 6 km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan.

Sejarah

Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.

Desa Wisata

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.


Sumber :

Desa Wisata Kasingan JogjaTrip.com

Ingin jalan jalan bersama keluarga dengan aman dan lancar, langsung aja kunjungi website resmi ini :





Sumber :

Keramik Kasongan Menembus Pasar Internasional

Liputan6.com, Yogyakarta: Suasana Kecamatan Kasongan di Daerah Istimewa Yogyakarta, tampak jauh berbeda dalam dua tahun terakhir. Di sepanjang Jalan Kasongan, kini tampak bertebaran galeri-galeri penjualan keramik. Kasongan sudah menjadi pusat pembuatan keramik terbesar di Yogyakarta. Keramik asal Kasongan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri namun juga di mancanegara. Berhasilnya keramik Kasongan menembus pasar luar negeri adalah hasil kerja keras para pengrajin. Lebih istimewa lagi, salah satu pengrajinnya telah memperoleh Sertifikasi International Organization for Standardization (ISO) 9002 karena keramiknya dinilai memiliki kualitas baik.

Isti misalnya. Dia sudah mampu menjual keramik buatannya ke pasaran Asia, Eropa, dan Amerika. Sementara untuk pasar dalam negeri, keramiknya dipasok ke beberapa kota besar seperti Semarang, Surabaya, dan Jakarta.

Proses pembuatan keramik di tempat Isti seluruhnya dilakukan secara manual. Namun untuk pengolahan bahan baku digunakan mesin penghancur tanah. Dalam sehari seorang pekerja bisa membuat empat buah keramik dalam ukuran besar. Namun untuk menghasilkan keramik jadi siap jual dibutuhkan waktu empat hingga lima hari. Untuk memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri, galeri Isti harus menyediakan 10 ribu set keramik setiap bulannya. Keuntungan yang diraih Isti bisa mencapai 30 persen dari harga jual atau laba bersih tiap bulan untuk pasar lokal bisa mencapai Rp 10 juta lebih dan untuk pasar luar negeri mencapai sekitar Rp 25 juta.

Sementara itu di galeri milik Hardiman, proses pembakaran yang dilakukan berbeda dengan tempat lain yang umumnya menggunakan kayu bakar. Hardiman menggunakan sistem pemanasan tingkat tinggi yaitu dengan menggunakan gas elpiji yang tingkat panasnya bisa disesuaikan. Bahkan untuk bahan baku, Hardiman sengaja mendatangkan lempung terbaik dari Wonosobo di Jawa Tengah, Pacitan, dan Tulungagung di Jawa Timur. Produk andalan Hardiman adalah keramik hasil proses cetak tuang. Proses itu dipilih karena bisa menghasilkan keramik yang lebih halus dengan hiasan timbul. Hardiman menjual 40 persen keramik buatannya ke kawasan Eropa, Asia, dan Australia. Sementara 60 persen sisanya dipasarkan di kota-kota besar dalam negeri.

Dengan semakin berkembangnya usaha pembuatan keramik di Kasongan, kini taraf hidup para penduduknya pun terdongkrak. Terutama bila dibandingkan dengan dua tahun silam.(TOZ/Dewvina Oktora dan Taufik Maru)

Sumber :

Wisata Tempat Desa Wisata Kasongan

Pada masa penjajahan Belanda, di salah satu daerah selatan Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan menakutkan warga setempat dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda yang mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman, warga tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun akhirnya diakui oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah persawahan lagi, warga setempat akhirnya memilih menjadi pengrajin keramik untuk mainan dan perabot dapur hingga kini. Hal ini terungkap dalam hasil wawancara Prof. Gustami dkk dengan sesepuh setempat pada tahun 1980-an.

Daerah itulah yang kita kenal dengan nama Kasongan hingga hari ini. Sebuah desa di Padukuhan Kajen yang terletak di pegunungan rendah bertanah gamping. Berjarak 15-20 menit berkendara dari pusat kota.

Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias).

"Berawal dari keseharian nenek moyang yang mengempal-ngempal tanah yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuk-bentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi mainan anak-anak atau barang keperluan dapur. Akhirnya kebiasaan itu mulai diturunkan hingga generasi sekarang" tutur Pak Giman, salah satu pekerja di sanggar Loro Blonyo.

Berkunjung ke desa Kasongan, wisatawan akan disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Sekedar melihat-lihat ruang pajang atau ruang pamer yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik. Dan jika tertarik melihat pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat. Mulai dari penggilingan, pembentukan bahan menggunakan perbot, penjemuran produk yang biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya di-finishing menggunakan cat tembok atau cat genteng.

Bekerja secara kolektif, biasanya sebuah galeri adalah usaha keluarga secara turun temurun. Meski sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.

Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain dari motif katak, jago dan gajah.

Seiring perkembangan, dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media, setelah pertama kali diperkenalkan tentang Kasongan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Jenis produksi sendiri sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi berkutat pada mainan anak-anak (alat bunyi-bunyian, katak, celengan) serta keperluan dapur saja (kuali, pengaron, kendil, dandang, kekep dan lainnya). Memasuki gapura Kasongan, akan tersusun galeri-galeri keramik sepanjang bahu jalan yang menjual berbagai barang hias. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot bunga yang tingginya mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang yang hanya sekedar menjadi pajangan.


Sumber :

sejarah perjalanan kerajinan menjadi sentra kerajinan kasongan oleh Bp. Timbul Raharjo

Ingin membaca jurnal dari Bp. Timbul Raharjo tentang sejarah dan perkembangan kasongan klik link di bawah ini :




Sumber :

Berita Kasongan di talkradiolasvegas.com

Ingin baca-baca artikel tentang Kasongan di media online luar negri klik link di bawah ini :



enjoy it.



Sumber :


Vidio Seputar Kasongan

Lihat lihat vidio di wetubetv.com seputar kasongan klik link di bawah ini :


http://www.wetubetv.com/search.php?tg=kasongan


Sumber :

wetubetv.com

Desa Kasongan

Garis galeri seni di jalanan, beberapa wisatawan masuk dan keluar dari galeri, tampak melihat-lihat atau membeli sesuatu yang unik. Dimensi yang berbeda dari tampilan keramik teratur dalam galeri, misalnya vasses, pot, keramik atau patung wanita menari. Hal menawarkan banyak pilihan bagi pengunjung. Desa Kasongan itu, sebuah desa yang dibuat untuk kawasan wisata di kegiatan keramik. Terletak di Propinsi Bantul, 20 menit sebelah selatan Kota Yogyakarta. Gerbang besar menyambut pengunjung menjadi desa. Sebagian besar penduduk desa Kasongan dipilih pekerjaannya sebagai craftasmanship, membuat keramik dan tembikar. Sekarang, Kasongan merupakan pusat produksi keramik di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun orang tua menunjukkan penciptaan mengagumkan keramik, masyarakat sebagai petani berubah menjadi craftman. Pertama membuat, mereka membuat peralatan rumah tangga dan mainan anak, entah bagaimana di 1971-1972, seorang seniman keramik Yogyakarta, Sapto Hoedojo, adalah belajar bagaimana membuat keramik lebih komersial, seperti suvenir dan perhiasan. Sekarang, sebagian besar craftmanships menciptakan konsep komersial keramik. Tanya ke galeri penjaga, 'Yang keramik adalah yang paling dicari? ", Dan jawabannya harus Loro Blonyo. Loro Blonyo adalah pasangan pernikahan pakaian Jawa yang duduk selain di. It percaya memberikan keberuntungan dan harmonism dalam rumah tangga. Orang biasanya di rumah utama, seperti ruang keluarga atau ruang tamu, pada tampilan terbaik. Loro didasarkan pada kata Jawa, berarti dua dan Blonyo berarti membuat setelah mandi. Sekarang, pembuatan, di Desa Kasongan dengan menggunakan metode cap untuk membuat keramik. Memutar tanah liat menjadi bentuk satu per satu dan kemudian dikelompokkan menjadi bentuk baru. Ini akan terbakar selama beberapa jam dan berwarna cat mengilap. Ini memberikan identitas baru keramik Kasongan dan juga mencapai desain ke kemungkinan lain, sangat unik dan intim. Pasar keramik Kasongan tidak hanya untuk lokal, tapi global. Ekspor mencapai banyak negara di Amerika, Eropa dan Asia. Peningkatan produksi keramik juga diikuti oleh desain, sekarang puluhan desain keramik baru dapat melihat di bengkel. Setiap keramik memiliki identitas dan fungsi mereka. Bukan hanya dari tanah liat, keramik juga mengkombinasikan dengan kelapa, daun kering dan kulit kambing.

Sumber :

DISAIN KERAMIK KASONGAN DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIO KULTURAL

70 DISAIN KERAMIK KASONGAN DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIO KULTURAL Ponimin Abstract: The Kasongan ceramics are economic as well as cultural products.






Sumber :


KASONGAN, KREASI GERABAH DAN KERAMIK

Written by emhape
Saturday, 30 January 2010 00:02
Pada masa penjajahan Belanda, di salah satu daerah selatan Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan menakutkan warga setempat dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda yang mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman, warga tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun akhirnya diakui oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah persawahan lagi, warga setempat akhirnya memilih menjadi pengrajin keramik untuk mainan dan perabot dapur hingga kini. Hal ini terungkap dalam hasil wawancara Prof. Gustami dkk dengan sesepuh setempat pada tahun 1980-an.
Daerah itulah yang kita kenal dengan nama Kasongan hingga hari ini. Sebuah desa di Padukuhan Kajen yang terletak di pegunungan rendah bertanah gamping. Berjarak 15-20 menit berkendara dari pusat kota.
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias).
"Berawal dari keseharian nenek moyang yang mengempal-ngempal tanah yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuk-bentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi mainan anak-anak atau barang keperluan dapur. Akhirnya kebiasaan itu mulai diturunkan hingga generasi sekarang" tutur Pak Giman, salah satu pekerja di sanggar Loro Blonyo.
Berkunjung ke desa Kasongan, wisatawan akan disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Sekedar melihat-lihat ruang pajang atau ruang pamer yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik. Dan jika tertarik melihat pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat. Mulai dari penggilingan, pembentukan bahan menggunakan perbot, penjemuran produk yang biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya di-finishing menggunakan cat tembok atau cat genteng.
Bekerja secara kolektif, biasanya sebuah galeri adalah usaha keluarga secara turun temurun. Meski sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.
SENTUHAN DESAIN MODERN
Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain dari motif katak, jago dan gajah.
Seiring perkembangan, dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media, setelah pertama kali diperkenalkan tentang Kasongan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Jenis produksi sendiri sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi berkutat pada mainan anak-anak (alat bunyi-bunyian, katak, celengan) serta keperluan dapur saja (kuali, pengaron, kendil, dandang, kekep dan lainnya). Memasuki gapura Kasongan, akan tersusun galeri-galeri keramik sepanjang bahu jalan yang menjual berbagai barang hias. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot bunga yang tingginya mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang yang hanya sekedar menjadi pajangan.
PATUNG KERAMIK LORO BLONYO
Salah satu keramik pajangan yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin yang sedang duduk sopan. Sepasang patung ini dikenal dengan sebutan Loro Blonyo yang pertama kali dibuat oleh sanggar Loro Blonyo milik pak Walujo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Secara pengartian Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo bermakna dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. "Akan tetapi makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan" ungkap Pak Giman.
Adanya kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa hoki dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah, menurut penuturan Pak Giman pada RCM, justru membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Sementara beberapa wisatawan manca negara yang menyukai bentuknya, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, pragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai pakem Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang masih terus diproduksi dengan beberapa bentuk yang berbeda-beda.
DESA WISATA
Semenjak akhir abad ke 20, setelah Indonesia mengalami krisis, kini di Kasongan wisatawan dapat menjumpai berbagai produk selain gerabah. Masuknya pendatang yang membuka galeri di Kasongan adalah salah satu pengaruhnya. Produk yang dijual juga masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. "Yang namanya usaha itukan mengikuti arus dan perkembangan, melihat peluang yang ada" kata Pak Giman. Akan tetapi kerajinan gerabah tetaplah menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat. "Udah bakatnya, lagian tidak punya kemampuan lain. Lha wong paling tinggi pendidikan kita SLTA, itupun beberapa" tambahnya.
Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai tambahan adalah daya tarik Kasongan saat ini. Sebuah tempat wisata penuh cerita serta barang indah hasil keahlian tangan penduduk setempat mengaduk tanah liat.
Dua bulan pasca gempa, kini di Kasongan telah banyak galeri yang aktif kembali, meski beberapa masih dalam tahap pembangunan ulang. Sejauh ini tidak terlihat lagi tanda-tanda kekhawatiran dari pemilik maupun pekerja. Penduduk setempat berharap wisatawan akan kembali mengunjungi Kasongan seperti saat sebelum gempa.


Sumber :

Kasongan Wikipedia

Kasongan

Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, (~ S 7.846567° - E 110.344468°) sekitar 6 km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan.

[sunting]Sejarah

Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.

[sunting]Desa Wisata

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

[sunting]
Sumber :

Patung Keramik Loro Blonyo

Salah satu keramik pajangan yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin yang sedang duduk sopan. Sepasang patung ini dikenal dengan sebutan Loro Blonyo yang pertama kali dibuat oleh sanggar Loro Blonyo milik pak Walujo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Secara pengartian Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo bermakna dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. "Akan tetapi makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan" ungkap Pak Giman.

Adanya kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa hoki dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah, menurut penuturan Pak Giman pada YogYES, justru membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Sementara beberapa wisatawan manca negara yang menyukai bentuknya, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, pragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai pakem Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang masih terus diproduksi dengan beberapa bentuk yang berbeda-beda.


Sumber :

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/kasongan/