WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL WELLCOME TO KASONGAN KERAMIK BLOG "WAGIRAN KERAMIK" CONTACT PERSON +6281 328 763334 (Asih)+6274 6666 736(Helmy) MENJUAL BERBAGAI KERAMIK TIPE INDOOR MAUPUN OUTDOOR, ACCESORIES PERNIKAHAN, VAS, SET MEJA, RORO JONGGRANG, BUNGA LONTAR, AIR MANCUR, ASBAK DLL
Tampilkan postingan dengan label catatan dari teman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catatan dari teman. Tampilkan semua postingan

Kasongan Surga Gerabah Cantik

Kasongan terletak tidak jauh dari pusat Kota Jogja. Kurang lebih 6 km ke arah selatan menuju Bantul Kota, ibu kota kabupaten Bantul. Gapura Kasongan yang megah berada di tepi jalan utama Jogja -Bantul Kota. Gapura dengan dua patung kuda raksasa bersayap ini mengingatkan orang akan kuda troya yang gagah. Patung kuda raksasa dar keramik ini seakan menjelaskan kepada orang bahwa Kasongan adalah tempatnya para pembuat keramik hebat yang produk-produknya telah mendunia.


Kasongan, Pembuat Kendil Raksasa


Salah satu karya hebat seniman Kasongan adalah kendil raksasa yang digunakan untuk pemecahan rekor MURI untuk pembuatan gudeg terbanyak di dunia yang dilaksanakan di Jogja beberapa waktu lalu. Kendil, semacam kuali dari tanah liat yang digunakan otomatis menjadi kendil terbesar yang pernah dibuat di Indonesia. Kendil adalah produk Kasongan yang saat ini sudah tidak begitu digemari lagi karena adanya alat masak yang lebih modern.


Selain kendil, Kasongan juga memproduksi cobek, kendi, anglo, gentong, dan perkakas dapur yang berasal dari tanah liat. Sejak dulu Kasongan memang dikenal sebagai produsen berbagai perkakas dan perlengkapan dari tanah liat seperti wuwungan, jamban, dan lain-lain. Tradisi kuno ini konon telah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda. Kasongan menjadi desa pemukiman para Kundi yang dalam istilah Jawa adalah para pembuat perkakas dapur seperti kuali, kendi, cobek, dan lain-lain.


Sentuhan Magis Saptohudoyo

Hingga tahun 70 an, produk-produk Kasongan masih berupa perkakas dapur atau perlengkapan yang berasal dari tanah liat. Seorang seniman serba bisa dari Jogja, Sapto Hudoyo kemudian tergerak untuk memberikan pengarahan intensif mengenai desain dan bentuk produk yang lebih menarik seperti vas atau hiasan dekoratif dari tanah liat. Dari tangan dingin Sapto Hudoyo ini lah kemudian dihasilkan berbagai vas cantik yang digemari orang dari berbagai negara.


Berbagai jenis dan model vas baik yang fungsional maupun sebagai dekorasi ruangan dapat Anda temukan di Kasongan. Dari vas bunga yang memang digunakan untuk meletakkan bunga, vas bunga dekorasi, vas meja, vas lantai, hingga vas-vas luar outdoor yang berukuran besar. Anda dapat memilih dagam hias vas sesuai selera atau yang sesuai dengan paduan gaya interior ruangan Anda. Karena di sini Anda dapat menukan vas keramik dengan hiasan pasir, vas dengan tempelan kulit telur atau bahan-bahan alam, vas dengan cat duco, dan lain-lain.


Loro Blonyo dalam Cita Rasa Internasional

Selain vas-vas cantik dekorasi ruangan, Kasongan juga dikenal dengan patung-patung tanah liat yang berkualitas bagus. Patung-patung seperti patung semar, patung kodok, biasanya digunakan sebagai dekorasi taman, yang juga dilengkapi dengan tempat lampu dan hiasan taman yang juga berasal dari tanah liat. Namun demikian patung yang paling populer di Kasongan adalah patung Loro Blonyo, sepasang laki-laki-perempuan dalam posisi duduk berdampingan. Dalam masyarakat agraris Jawa, Loro Blonyo melambangkan kesuburan. Selain dalam busana dan gaya Jawa, di Kasongan juga dapat dijumpai Loro Blonyo dalam gaya Bali, Thailand, dan gaya Eropa-Amerika.


Sebagai pusat keramik Jogja, Kasongan juga menyediakan berbagai produk handicraft seperti kerajinan akar-akaran, kerajinan bambu, dan lain-lain. Banyak produk-produk dekorasi menarik yang bisa Anda dapatkan di sini dengan harga terjangkau. Kasongan juga dikenal sebagi pusatnya souvenir manten, cinderamata pernikahan langsung dari produsennya. Anda dapat memesan kipas, atau souvenir keramik, sesuai dengan keinginan, selera, dan budget yang Anda miliki.


Meskipun produk dekorasi menjadi trend di Kasongan, namun produk perkakas seperti kendi, gentong, dan lain-lain juga masih dibuat. Anda akan takjub dengan pemandangan ibu-ibu yang sudah tua menuntun sepeda yang penuh dengan gentong yang menggunung. Perkakas-perkakas tersebut umumnya disetorkan ke pasar-pasar di kota yang jauh jaraknya.


Kasongan adalah surga belanja aneka vas dekorasi, produk-produk handicraft, patung Loro Blonyo, dan aneka souvenir manten yang dapat Anda pesan langsung dari pembuatnya.


Sumber :


http://www.kekotaku.com/id/tempat-wisata-yogya/tempat-menarik/112-kasongan-sentra-industri-grabah

Kerajinan keramik kasongan bangun jiwo

Bangunjiwo adalah sebuah desa yang terletak di bagian selatan kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa ini berjarak dari kota Yogyakarta Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Patung keramik itu memang lucu, postur tubuh bulat pendek ditambah perut buncit, sangatlah pantas jika dijadikan pajangan rumah untuk menambah kesan santai. Watch Kasongan online for free on Pakistan Videos where you can search and watch thousands of videos online. In addition to Kasongan, you can also most popular videos on

Sumber :

Desa Wisata Keramik Kasongan Hancur

[YOGYAKARTA] Desa wisata keramik Kasongan, Kecamatan Kasongan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta hancur. Hampir semua rumah dan bangunan ruang pamer, serta galeri ambruk dan rusak.

Lokasi desa yang kerap dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara ini kehilangan bentuk. Selain itu rumah warga desa yang selama ini menjadi pengrajin keramik juga banyak yang hancur.

Warga Kasongan yang selama ini mengandalkan pendapatan dari usaha keramik banyak yang hanya bisa menatap rumah mereka yang roboh. Mereka mengaku tidak tahu harus memulai dari mana lagi.

"Saya belum bisa mikir dari mana uang untuk kembali membangun usaha ini," ujar Yanti, pemilik Bougenvile Galeri yang mengkhususkan mengembangkan keramik untuk souvenir.

Pemantauan Pembaruan, kerusakan di desa itu terlihat di sepanjang jalan, mulai dari gapura utama, pintu masuk, hingga ke permukiman warga tempat pembuatan keramik.

Untuk meringankan beban warga, sebagian ibu-ibu setempat membuat dapur umum. Ada juga yang membentuk posko penerima bantuan.

Desa ini menjadi perhatian banyak wisatawan karena selama ini memang kerap menjadi salah satu lokasi kunjungan mereka.

Hasil keramik Kasongan yang terkenal memiliki ciri khas Tersendiri menjadi sasaran kunjungan wisatawan itu.

Di Pendopo

Selain desa wisata keramik Kasongan, desa penghasil wayang kulit di Bangunjiwo juga rusak. Warga setempat terlihat masih trauma dan tinggal di tenda-tenda.

Sebagian warga perumahan yang berada di kawasan ini terlihat banyak yang mengungsi ke daerah lain atau kembali ke kampung halaman mereka di daerah lain.

Sebagian mengaku khawatir terjadi gempa susulan. Selain itu banyak warga yang lebih memilih bertahan di pinggir jalan dan di pendopo kantor Kecamatan Bangunjiwo.

Para aparat desa juga terlihat sibuk mendata warga yang menjadi korban baik jiwa maupun bangunan.

Sementara itu warga masyarakat Klaten yang tidak menjadi korban beramai-ramai membantu saudaranya yang terkena musibah itu dengan cara membuat nasi bungkus dan diberikan kepada korban setiap hari hingga sepuluh hari ke depan.

Itulah yang dilakukan warga desa Karasan Candirejo Ngawen Klaten. Walau pun banyak rumah yang retak-retak akibat gempa, mereka merasa lebih beruntung sehingga bisa membantu orang lain yang terkena musibah ini.

Nasi ini dikumpulkan dari setiap rumah, dan tidak dibuatkan beramai-ramai. Selain nasi mereka juga membantu air minum, roti dan buah.

Sedangkan di sejumlah rumah sakit terlihat masih banyak didatangai warga masyarakat yang ingin mendapat pengobatan. Banyak warga yang sakit pasca gempa karena kurang cairan dan makanan.

Selain itu juga pengaruh cuaca dan lingkungan yang membuat kondisi tubuh mereka menjadi makin lemah.


Sumber :


Produk Keramik Kasongan, Kini Bisa Tersenyum

Produk kerajinan asal Yogyakarta, khususnya Keramik sudah banyak dikenal luas hingga luar negeri. Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Spanyol termasuk pasar potensial produk asal Yogyakarta sampai saat ini.
Seperti yang terlihat di Kawasan Desa wisata Kasongan beberapa waktu lalu, banyak pengrajin Keramik Kasongan yang mulai mengirimkan barangnya ke luar negeri. Salah satunya Timbul Raharjo (38) . Alumni ISI Yogyakarta ini termasuk pengrajin yang beruntung. Karena setelah pasca gempa beberapa waktu lalu, showroom-nya sempat dikunjungi Presiden SBY dan kini mulai mengirimkan bebrapa barang ke Spanyol.
“Semoga ini awal baik bagi saya dan teman-teman di Kasongan sehingga Desa wisata ini kembali ramai seperti dulu,” ungkap pria necis ini sambil tersenyum.
Produk khas Kasongan seperti ” guci,keramik, tempat bunga, hiasan dinding, kepala Budha kini mulai banyak diminati buyer luar negeri.
Meski demikian, banyak teman Timbul yang belum merasakan suasana pulih. Seperti yang dialami Hardiman(48) -pengusaha Keramik asal Sonopakis, Ngestiharjo, Bantul ini mengaku masih trauma untuk mengirim barang ke luar negeri.
Padahal tahun 2005 lalu, Bapak dua anak yang juga PNS di sebuah SMA di Yogyakarta ini sempat menerima penghargaan dari Presiden SBY di Istana Negara.
“Akibat gempa memang banyak barang yang siap kirim hancur berantakan, padahal mereka sudah kasih DP,” ungkap Hardiman dengan wajah menerawang saat ditemui kemarin (24/9).
Meski masih belum pulih seratus persen, dirinya optimis prosuk Keramik”Tunas Asri” nya bakal menembus pasar eksport kembali.
Pesanan memang sudah ada, tetapi prosuksinya belum seratus persen, bahkan karyawan kini tinggal 20 orang. Padahal saat sebelum gempa jumlah karyawanya mencapai 60 orang.
Tidak hanya Presiden SBY yang sudah kesengsem dengan produk ’Hardiman’, Istri Wapres Muffidah Jusuf Kalla pun berkali kali datang ke rumah Hardiman jika ada acara ke Jogjakarta.(nur)


Sumber :

Kerajinan Keramik, Kasongan

Patung keramik itu memang lucu, postur tubuh bulat pendek ditambah perut buncit, sangatlah pantas jika dijadikan pajangan rumah untuk menambah kesan santai. Dan masih banyak lagi berderet patung-patung keramik lain yang pantas dibawa pulang dari tempat ini, kasongan - yogyakarta.
Desa kasongan memang identik dengan kerajinan keramik dan gerabah, dan merupakan sentra industri kerajinan keramik/gerabah paling besar di yogyakarta. Sebagian besar penduduknya memang bermata pencaharian sebagai pengrajin keramik dan telah menghasilkan berbagai macam produk mulai dari dari guci, jambangan, vas bunga, patung hewan, tempat lilin, dll. Pangsa pasar produk keramik kasongan hampir delapanpuluh persen luar negeri, antara lain ke malaysia, singapura, korea, jepang, amerika serikat, belanda, dll. Dalam perkembangannya desa kasongan, yang dulu menjadi tempat produksi, kini berkembang menjadi tempat pemasaran setelah berdiri kios-kios show-room.Jika bertandang ke yogyakarta, sempatkanlah diri untuk datang ke wilayah ini karena letaknya tidak jauh dari pusat kota yakni sekitar 8 km ke arah barat daya. Dan untuk mengenal lebih dekat dengan sentra industri ini, berjalan kaki adalah pilihan terbaik, karena kita bisa keluar masuk ke bagian-bagian proses pembuatan keramik, mulai dari pengolahan tanah, pembentukan hingga proses pembakaran dan pewarnaan. Di sini kita akan melihat puluhan bahkan ratusan keramik yang siap dipasarkan.Pada dasarnya proses pembuatan kerajinan keramik/gerabah ini bisa dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak (masal) atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder (jambangan, pot, guci), dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pengrajin.

Sumber :


http://kusut.blogdetik.com/2010/02/04/kerajinan-keramik-kasongan/

Industri Gerabah Kasongan dari Kebutuhan Sendiri Merambah Pasar Dunia

Awalnya warga Desa Kasongan membuat keramik untuk kebutuhan sendiri. Kini hasil keterampilan mereka telah merambah ke pasar mancanegara, padahal hanya tersebar dari mulut ke mulut. Tantangan terbesar dalam otonomi daerah, adalah bagaimana mengembangkan potensi daerah sebagai pondasi utama pembangunan.

Kabupaten Bantul sedikit beruntung karena memiliki banyak pusat industri kerajinan di wilayahnya. Sebut saja Piyungan, Kasongan, dan Kecamatan Pundong yang terkenal dengan industri kerajinan gerabah dan keramik. Ada Manding sebagai pusat produksi wayang kulit, Pajangan sebagai sentra kerajinan patung kayu ala Asmat. Juga Kecamatan Sewon dan Pandak, yang dalam beberapa tahun terakhir tumbuh menjadi kawasan industri mebel untuk ekspor.

Industri-industri kecil ini mampu bertahan saat melorotnya nilai rupiah, justru ketika ekonomi makro Indonesia rapuh. Lebih-lebih di Desa Kasongan. Desa pengrajin, yang terletak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini, malah sudah dikenal sampai di mancanegara dengan produk kerajinan keramik dan gerabahnya.

Perkembangan industri kerajinan gerabah dan keramik di desa ini berawal dari usaha warga untuk memenuhi kebutuhan alat-alat rumah tangga, seperti kuali, anglo dan pengaron untuk memasak, serta pot bunga, juga genteng untuk atap rumah. Dalam kurun waktu tahunan aktivitas rumah tangga di Kasongan dikembangkan oleh warga dengan memproduksi kerajinan yang bisa dijual.

Akhirnya warga menghasilkan kreasi hiasan berupa ukir tempel dengan motif dan corak yang khas, yang sekarang dikenal sebagai hasil khas kerajinan gerabah “Kasongan”. Kini produk kerajinan di Kasongan didominasi keramik untuk pajangan atau hiasan rumah, seperti guci, vas bunga, patung mini, asbak, dan pigura foto.

Selain itu banyak juga keramik berukuran kecil yang banyak digunakan oleh penyelenggara hajat resepsi pernikahan sebagai kenang-kenangan bagi para tamu. Ada guci kecil, sepatu keramik seukuran ibu jari tangan, miniatur beragam binatang, dan lain-lain.

Menurut para pemilik galeri keramik di Kasongan, permintaan luar negeri terhadap produk hiasan rumah seperti guci, vas bunga, patung mini, dudukan telepon, tidak pernah surut. Hal ini membuat warga Kasongan tetap optimis menekuni usaha.

Dalam dua tahun terakhir ada ke-cenderungan yang menguntungkan, yaitu meluasnya minat konsumen luar negeri terhadap keramik jenis mebel, semisal meja dan kursi. Sebut saja Suparman yang setiap bulan melayani pesanan 30 hingga 40 set untuk ekspor. “Dalam keadaan setengahjadi harganya 50 hingga 70 ribu. Kalau sudah dibakar, dicat, dan dipoles harganya bisa sampai empat kali,” kata Suparman.

Wisata Industri
Menurut seorang pemilik galeri keramik di Kasongan, Bedjo Adi Utomo, kegiatan industri kerajinan di desanya sudah merupakan sub-sistem dari sistem kehidupan masyarakat Kasongan secarakeseluruhan. “Kebanyakan penduduk Kasongan adalah pengrajin keramik. Yang punya modal, membuat kios sendiri, yang tidak punya modal menjadi gerabah pemasok kios-kios,” tutur pemilik Galeri “Pak Bedjo” ini.

Aktivitas pembuatan gerabah di rumah-rumah warga punya daya tarik lain. Selain bisa mclihat-lihat dan membeli keramik, wisatawan yang datangjuga hisa melihat proses pembuatan gerabah yang dilakukan di rumah-rumah warga. Bila penasaran bisa ikut mcrnegang tanah liat untuk mencoba membuat gerabah. Ini bisa dilakukan tanpaperlu melewali satpam sebagaimana terjadi 6i pabrik-pabrik industri besar.

Selama ini, keramik Kasongan lebih diarahkan ke pasar ekspor. Dihitung secara kasar, perbandingan permintaan luar ncgcri dan dalam ncgeri adalah 75:25. Hal ini diakui Kasiran Djojo Prowiro, Dircklur Nogokukilo Keramik. “Sebagian besar dari produk Nogokukilo diekspor ke luarncgri, terutamaJepang, Italiadan Inggris. Pcrminlaan dalam ncgeri berasal dari Jakarta, Bali, dan Surabaya,” ujarnya menjelaskan.

Dengan sistem pedagangan seperti itu, pengusaha keramik Kasongan berhasil menaikkan omzet sckitar Rp. 30-60 juta setahun. Padahal, tanah liat sebagai bahan utamanya cuma seharga Rp. 60.000 per satu truk mini. Meski demikian, beberapa bahan lain seperti cat, amplas, rata-rata meningkat 100%. Tapi toh, modal untuk membuat keramik tidak terlalu mahal dibanding hargajualnya.

Tanah liat untuk bahan dasar pembuatan keramik Kasongan didapat di sepanjang tepian Sungai Bedog, yang mengapit desa Kasongan di sebelah timur dan selatan. Tanah itu tanah wedi kengser yang tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian, tetapi sangat vital untuk pembuatan gerabah. Selain itu, pengusaha keramik Kasongan juga “mengimpor” bahan dari Pundong, daerah kerajinan, masih di Bantul.

Upaya Pengembangan
Penduduk desa Kasongan menyadari bahwa potensi yang dimiliki desa Kasongan bisa berkembang lebih baik dari sekarang. Hal ini setidaknya diungkapkan olch Bcdjo. Pcmilik Galeri yang punya pelanggan tetap dari Belanda dan Australia ini mengakui bahwa hubungan dengan pengusaha di luar negeri masih bisa diperluas. “Upaya ini sedang dan tetap akan kita lakukan,” katanya.

Tapi upaya memperluas jaringan dengan pengusaha di luar ncgeri ini masih menghadapi kendala yang tidak kecil. Paling tidak, hingga kini belum ada cara penyampaian informasi yang bisa memudahkan pcminat dari luar negeri tahu tentang produk-produk keramik Kasongan.

Selama ini pengusaha keramik berusaha sendiri-sendiri. Mereka mengekspor sendiri hasil kerajinan masing-masing melalui jasa kargo. Ada persaingan antar pengusaha keramik, tapi setiap setiap pengusaha sudah mempunyai pelanggan dari luar negeri. “Biasanya mereka percaya pada satu galeri saja,” katanya.
Bedjo sendiri mengaku mendapatkan pelanggan luar negeri karena mereka sendiri datang langsung ke Kasongan. Mereka langsung datang dari Belanda dan Inggris ke galerinya dan melihat langsung barangnya. “Kebanyakan memang begitu,” cerita Bedjo.

Dengan jalan sendiri-sendiri pola penyampaian informasi yang digunakan para perajin dan usahawan kera-mik Dcsa Kasongan terbilang masih primitif, yaitu sistem getok tular, alias dari mulut ke mulut. “Kebanyakan perajin maupun pcmilik galeri menyadari Icknik lisan jarang bcrhasil, tapi sampai kini ya… inasih apa adanya begitu,” katanya.

Dari pemantauan Kombinasi, sejauh ini, hanya Galeri Keramik Nogo Kukilo yang sudah mempunyai media informasi canggih berupa website dengan alamat www.nogo-kukilo.com. Galeri keramik milik keluarga Kasiran Djojo Prawiro ini secara rutin menampilkan katalog contoh-contoh produknya dalam file elektrik yang bisa diakses dari manapun melalui internet.

Upaya membuat lembaga bersama untuk kemudian berusaha saling menguatkan dan mempromosikan produk secara bersama-sama hingga kini bclum ada. Yang tcrjadi para pemilik galeri berjalan sendiri-sendiri. Kalaupun ada bentuk kcrja sama, menurul Bedjo, antara pcmilik galeri dengan para perajin di bengkel-bengkel rumahan, dalam hubungan antara pemasok dengan pemasar, dan adajuga yang polanya subkontrak.

Tidak adanya upaya bersama antar para pelaku produksi dan pemasaran kerajinan keramik di Kasongan ini, diduga oleh Bedjo, mungkin karena selama ini sudah hisajalan. Melakukan promosi lisan dari mulut kc mulut sudah jalan. “Bahkan wisatawan dari Iriggris, Kanada, Jepang, Australia, Belanda, dan lain-lain selalu datang ke sini,” katanya. (redaksl)


Sumber :


Desa Kasongan

Garis galeri seni di jalanan, beberapa wisatawan masuk dan keluar dari galeri, tampak melihat-lihat atau membeli sesuatu yang unik. Dimensi yang berbeda dari tampilan keramik teratur dalam galeri, misalnya vasses, pot, keramik atau patung wanita menari. Hal menawarkan banyak pilihan bagi pengunjung. Desa Kasongan itu, sebuah desa yang dibuat untuk kawasan wisata di kegiatan keramik. Terletak di Propinsi Bantul, 20 menit sebelah selatan Kota Yogyakarta. Gerbang besar menyambut pengunjung menjadi desa. Sebagian besar penduduk desa Kasongan dipilih pekerjaannya sebagai craftasmanship, membuat keramik dan tembikar. Sekarang, Kasongan merupakan pusat produksi keramik di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun orang tua menunjukkan penciptaan mengagumkan keramik, masyarakat sebagai petani berubah menjadi craftman. Pertama membuat, mereka membuat peralatan rumah tangga dan mainan anak, entah bagaimana di 1971-1972, seorang seniman keramik Yogyakarta, Sapto Hoedojo, adalah belajar bagaimana membuat keramik lebih komersial, seperti suvenir dan perhiasan. Sekarang, sebagian besar craftmanships menciptakan konsep komersial keramik. Tanya ke galeri penjaga, 'Yang keramik adalah yang paling dicari? ", Dan jawabannya harus Loro Blonyo. Loro Blonyo adalah pasangan pernikahan pakaian Jawa yang duduk selain di. It percaya memberikan keberuntungan dan harmonism dalam rumah tangga. Orang biasanya di rumah utama, seperti ruang keluarga atau ruang tamu, pada tampilan terbaik. Loro didasarkan pada kata Jawa, berarti dua dan Blonyo berarti membuat setelah mandi. Sekarang, pembuatan, di Desa Kasongan dengan menggunakan metode cap untuk membuat keramik. Memutar tanah liat menjadi bentuk satu per satu dan kemudian dikelompokkan menjadi bentuk baru. Ini akan terbakar selama beberapa jam dan berwarna cat mengilap. Ini memberikan identitas baru keramik Kasongan dan juga mencapai desain ke kemungkinan lain, sangat unik dan intim. Pasar keramik Kasongan tidak hanya untuk lokal, tapi global. Ekspor mencapai banyak negara di Amerika, Eropa dan Asia. Peningkatan produksi keramik juga diikuti oleh desain, sekarang puluhan desain keramik baru dapat melihat di bengkel. Setiap keramik memiliki identitas dan fungsi mereka. Bukan hanya dari tanah liat, keramik juga mengkombinasikan dengan kelapa, daun kering dan kulit kambing.

Sumber :

DISAIN KERAMIK KASONGAN DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIO KULTURAL

70 DISAIN KERAMIK KASONGAN DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIO KULTURAL Ponimin Abstract: The Kasongan ceramics are economic as well as cultural products.






Sumber :


KASONGAN, KREASI GERABAH DAN KERAMIK

Written by emhape
Saturday, 30 January 2010 00:02
Pada masa penjajahan Belanda, di salah satu daerah selatan Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan menakutkan warga setempat dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda yang mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman, warga tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun akhirnya diakui oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah persawahan lagi, warga setempat akhirnya memilih menjadi pengrajin keramik untuk mainan dan perabot dapur hingga kini. Hal ini terungkap dalam hasil wawancara Prof. Gustami dkk dengan sesepuh setempat pada tahun 1980-an.
Daerah itulah yang kita kenal dengan nama Kasongan hingga hari ini. Sebuah desa di Padukuhan Kajen yang terletak di pegunungan rendah bertanah gamping. Berjarak 15-20 menit berkendara dari pusat kota.
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias).
"Berawal dari keseharian nenek moyang yang mengempal-ngempal tanah yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuk-bentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi mainan anak-anak atau barang keperluan dapur. Akhirnya kebiasaan itu mulai diturunkan hingga generasi sekarang" tutur Pak Giman, salah satu pekerja di sanggar Loro Blonyo.
Berkunjung ke desa Kasongan, wisatawan akan disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Sekedar melihat-lihat ruang pajang atau ruang pamer yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik. Dan jika tertarik melihat pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat. Mulai dari penggilingan, pembentukan bahan menggunakan perbot, penjemuran produk yang biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya di-finishing menggunakan cat tembok atau cat genteng.
Bekerja secara kolektif, biasanya sebuah galeri adalah usaha keluarga secara turun temurun. Meski sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.
SENTUHAN DESAIN MODERN
Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain dari motif katak, jago dan gajah.
Seiring perkembangan, dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media, setelah pertama kali diperkenalkan tentang Kasongan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Jenis produksi sendiri sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi berkutat pada mainan anak-anak (alat bunyi-bunyian, katak, celengan) serta keperluan dapur saja (kuali, pengaron, kendil, dandang, kekep dan lainnya). Memasuki gapura Kasongan, akan tersusun galeri-galeri keramik sepanjang bahu jalan yang menjual berbagai barang hias. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot bunga yang tingginya mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang yang hanya sekedar menjadi pajangan.
PATUNG KERAMIK LORO BLONYO
Salah satu keramik pajangan yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin yang sedang duduk sopan. Sepasang patung ini dikenal dengan sebutan Loro Blonyo yang pertama kali dibuat oleh sanggar Loro Blonyo milik pak Walujo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Secara pengartian Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo bermakna dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. "Akan tetapi makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan" ungkap Pak Giman.
Adanya kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa hoki dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah, menurut penuturan Pak Giman pada RCM, justru membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Sementara beberapa wisatawan manca negara yang menyukai bentuknya, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, pragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai pakem Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang masih terus diproduksi dengan beberapa bentuk yang berbeda-beda.
DESA WISATA
Semenjak akhir abad ke 20, setelah Indonesia mengalami krisis, kini di Kasongan wisatawan dapat menjumpai berbagai produk selain gerabah. Masuknya pendatang yang membuka galeri di Kasongan adalah salah satu pengaruhnya. Produk yang dijual juga masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. "Yang namanya usaha itukan mengikuti arus dan perkembangan, melihat peluang yang ada" kata Pak Giman. Akan tetapi kerajinan gerabah tetaplah menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat. "Udah bakatnya, lagian tidak punya kemampuan lain. Lha wong paling tinggi pendidikan kita SLTA, itupun beberapa" tambahnya.
Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai tambahan adalah daya tarik Kasongan saat ini. Sebuah tempat wisata penuh cerita serta barang indah hasil keahlian tangan penduduk setempat mengaduk tanah liat.
Dua bulan pasca gempa, kini di Kasongan telah banyak galeri yang aktif kembali, meski beberapa masih dalam tahap pembangunan ulang. Sejauh ini tidak terlihat lagi tanda-tanda kekhawatiran dari pemilik maupun pekerja. Penduduk setempat berharap wisatawan akan kembali mengunjungi Kasongan seperti saat sebelum gempa.


Sumber :

Keramik Kasongan


Pada dasarnya proses pembuatan keramik/gerabah ini bisa dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak
untuk pembuatan dalam jumlah banyak (masal) atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan
menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder (jambangan, pot, guci), dilakukan dengan menambahkan
sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam
sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk
silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada
pada kedua telapak tangan pengrajin.
Konon pada masa krisis moneter beberapa waktu yang lalu, pengrajin didaerah ini meraup untung yang besar dari
lonjakan mata uang dollar AS. Harga keramik/gerabah menjadi murah dimata pembeli luar negeri dan mampu
menaikkan ekspor hingga 50-100%. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan yang signifikan bagi pengusaha maupun
pemasar industri keramik/gerabah ini. Permintaan pun juga semakin bervariasi dari semula yang hanya berupa souvenir
dan aksesori rumah tangga meningkat pada permintaan untuk jenis mebel, seperti meja dan kursi.
Jadi kalau anda berkesempatan bertandang ke yogyakarta, tak ada salahnya anda mampir sebentar ke Kasongan untuk
melihat-lihat dan membawa pulang berbagi aksesories guna mempercantik interier/eksterior rumah/kantor anda.
Penulis : Agung
Fotografer : Agung Pambudi
Lokasi : Kasongan, Kasihan, Bantul
Sumber : navigasi.net
Peta Lokasi :
{mosmap width='520'|height='300'|lat='-
7.847102777777778'|lon='110.32395555555556'|zoom='12'|zoomType='Large'|zoomNew='0'|mapType='Normal'|
howMaptype='1'|overview='0'|text='Kasongan'|lang=''

Sumber :

Balai Besar Keramik Bandung Bina 20 Pengrajin Kasongan dan Pundong

Balai Besar Keramik (BKK) Bandung bekerjasama dengan Jurusan Tehnik industri UGM adakan pembinaan dan pelatihan dari tanggal 12 - 30 Mei 2009 bertempat di Fakultas Tehnik UGM. Selama 17 kepada 20 pengrajin dari Sentra Gerabah Kasongan dan Pundong diajari teori desain, praktek dan cara pemasaran. Pelatihan ditutup dengan penyerahan sertifikat secara simbolis dari Kepala Balai Besar Keramik Bandung yang diwakili Kepala Bidang Alih Tehnologi Drs. Supomo, Msi. dan diterima oleh salah satu peserta Agus Farid, Senin (1/6).

Prawoco Widodo ketua Program Pelatihan mengatakan pelatihan yang diadakan selama 17 hari mengandung unsur teori dengan bobot 60% dan unsur praktek dengan bobot 40 %. Untuk teori dilaksanakan di FakultasTehnik UGM selama 10 hari dilanjutkan dengan paktek 6 hari di Kasongan dan 1 hari cara pemasaran di Hotel Santika. Dari pelatihan tersebut mampu menambah 16 % kemampuan skill (KSA) peserta.Jumlah peserta 20 orang merupakan perwakilan dari dua daerah pusat industri gerabah yang terdiri dari 10 tenaga pengrajin dari Kasongan Kasihan, 7 orang tenaga pengrajin dari Kecamatan Pundong dan 3 orang tenaga tehnis dari Kasongan.Kepala Disperindagkop Bantul Drs. Yahya dalam sambutan penutupan mengatakan sangat berterima kasih atas`perhatian dari pihak ketiga yang peduli dengan para pengrajin. Program tersebut sangat dibutuhkan untuk mengembangkan desain-desain baru sehingga mampu bersaing dengan produk-produk sejenis dari tempat lain. Harapannya dengan dua puluh pengrajin yang telah mendapat ilmu mampu menyebarkan ke seluruh masyarakat yang membutuhkan.Dekan Fakultas Tehnik Mesin dan Industri UGM Ir. Alfa Dwi Tantowi, Msc mengatakan setelah mengikuti pelatihan seharusnya segera bergerak memprakekkan. Jangan sampai ilmu yang didapat disimpan dulu dan tetap kembali seperti semula yang akhirnya terlupakan, biaya besar yang telah dikeluarkan akhirnya hanya mubadzir.Kondisi saat ini dengan krisis yang melanda semua negara, telah menggonjangkan hampir semua sektor usaha. Semua industri paling banyak terkena imbasnya dan mengalami penurunan omsetnya yang rata-rata tinggal 50 % bahkan ada yang dibawahnya, maka dari itu untuk bangkit dari keterpurukan harus jeli membuat inovasi dan desain serta menggarap pasar baru baik luar negeri maupun dalam negeri.Salah satu peserta pelatihan Agus mewakili teman-temannya mengatakan setelah pelatihan ditutup dan menerima sertifikat program kerjasama tetap terus berjalan. Bila ada hal baru yang bersifat pengembangan bagi pengrajin untuk diberi informasi, kalau perlu dibuat jalur informasi langsung lewat tehnologi internet. Disamping itu harapannya kegiatan tersebut tetap berkelanjutan baik yang pernah ikut pelatihan maupun belum terutama pengrajin-pengrajin baru baik dalam tehnis desain, pengolahan bahan sampai pemasaran

Desa Wisata Kasongan

Jogja amat terkenal dengan hasil kerajinan juga cenderamata khasnya. Berbagai barang kerajinan yang bernilai seni juga ekonomi dapat ditemukan di kota yang seringkali mendapat sebutan kota budaya itu. Salah satu pusat kerajinan di kota Jogja yang khusus mengelola keramik ada di pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul atau terkenal dengan sebutanDesa Wisata Kasongan.

Pada mulanya, Kasongan bukan sebuah desa yang berisi para pengrajin keramik. Konon, Kasongan berbentuk area persawahan milik para penduduk di desa yang berada di Selatan Yogyakarta. Pada masa penjajahan Belanda, di area persawahan itu ditemukan seekor kuda mati yang diperkirakan milik seorang Reserse Belanda. Karena ketakukan, seorang warga yang memiliki salah satu area persawahan itu melepaskan hak milik atas tanahnya. Ketakutan itu juga menimpa warga lain, sehingga sejumlah warga turut melepaskan hak atas tanah persawahan mereka.

Akhirnya secara tidak sengaja, para penduduk yang tidak memiliki area persawahan lagi beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik. Awalnya mereka hanya mengempal-ngempalkan tanah yang tidak pecah bila disatukan dan menjadikannya sebagai mainan anak-anak ataupun perabot dapur saja. Namun karena kegiatan itu dianggap dapat menghasilkan sebuah karya seni juga nilai jual yang cukup tinggi, maka akhirnya para penduduk di Kasongan mulai mengembangkan keahlian itu dan menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata yang cukup terkenal. Mulai tahun 1971 hingga 1972 desa wisata itu mulai mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemudian pada tahun 1980-an keramik Kasongan mulai dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik.

Berbagai produk keramik produk Kasongan sudah tersebar sampai ke luar negeri. Kebanyakan para pengrajinnya mengekspor berbagai hasil kerajinannya ke mancanegara, selain untuk kebutuhan dalam dalam negeri. Hingga kini, setelah hampir luluh lantak akibat gempa Jogja pada Mei 2006 lalu, Desa Wisata Kasongan sudah mulai berbenah diri. Berbagai etalase yang hancur, telah ditata rapi dan diberi sentuhan artistik. Berbagai etalase itu juga telah dipenuhi hasil kerajinan keramik dengan sejumlah sentuhan modern disana-sini, walaupun di beberapa sudut masih dapat dilihat sisa-sisa akibat gempa berkekuatan 5,9 skala Richter itu.




foto by karolusnaga

Sumber :